Pengertian Telematika
Kata Telematika berasal dari bahasa Perancis “TELEMATIQUE” yang berarti
bertemunya sistem jaringan komunikasi dengan teknologi informasi. Istilah
telematika merujuk pada cyberspace sebagai suatu sistem elektronik yang lahir
dari perkembangan dan konvergensi telekomunikasi, media dan informatika.
Istilah Teknologi Informasi itu sendiri merujuk pada perkembangan teknologi
perangkat-perangkat pengolah informasi. Para praktisi menyatakan bahwa
TELEMATICS adalah singkatan dari TELECOMMUNICATION and INFORMATICS sebagai
wujud dari perpaduan konsep Computing and Communication. Istilah Telematics
juga dikenal sebagai (the new hybrid technology) yang lahir karena perkembangan
teknologi digital. Perkembangan ini memicu perkembangan teknologi
telekomunikasi dan informatika menjadi semakin terpadu atau populer dengan
istilah konvergensi.
Media Komunikasi yang
Digunakan untuk Telematika
- Internet
- Handphone
- Video Conference
Perkembangan
Telematika Sebelum dan Sesudah Internet Muncul
·
Peristiwa proklamasi 1945 membawa perubahan yang bagi masyarakat Indonesia,
dan sekaligus menempatkannya pada situasi krisis jati diri. Krisis ini terjadi
karena Indonesia sebagai sebuah negara belum memiliki perangkat sosial, hukum,
dan tradisi yang mapan. Situasi itu menjadi ‘bahan bakar’ bagi upaya-upaya
pembangunan karakter bangsa di tahun 50-an dan 60-an. Di awal 70-an, ketika
kepemimpinan soeharto, orientasi pembangunan bangsa digeser ke arah ekonomi,
sementara proses – proses yang dirintis sejak tahun 50-an belum mencapai
tingkat kematangan.
·
Dalam latar belakang sosial demikianlah telekomunikasi dan informasi, mulai
dari radio, telegrap, dan telepon, televise, satelit telekomunikasi, hingga ke
internet dan perangkat multimedia tampil dan berkembang di Indonesia.
Perkembangan telematika penulis bagi menjadi 2 masa yaitu masa sebelum atau pra
satelit dan masa satelit.
·
Di periode pra satelit (sebelum tahun 1976), perkembangan teknologi
komunikasi di Indonesia masih terbatas pada bidang telepon dan radio. Radio
Republik Indonesia (RRI) lahir dengan di dorong oleh kebutuhan yang mendesak
akan adanya alat perjuangan di masa revolusi kemerdekaan tahun 1945, dengan
menggunakan perangkat keras seadanya. Dalam situasi demikian ini para pendiri
RRI melangsungkan pertemuan pada tanggal 11 September 1945 untuk merumuskan
jati diri keberadaan RRI sebagai sarana komunikasi antara pemerintah dengan
rakyat, dan antara rakyat dengan rakyat.Sedangkan telepon pada masa
itu tidak terlalu penting sehingga anggaran pemerintah untuk membangun telekomunikasipun
masih kecil jumlahnya. Saat itu, telepon dikelola oleh PTT (Perusahaan Telepon
dan Telegrap) saja. Sampai pergantian rezim dari Orla ke Orba di tahun 1965,
RRI merupakan operator tunggal siaran radio di Indonesia. Setelah itu
bermunculan radio – radio siaran swasta. Lima tahun kemudian muncul PPNO. 55
tahun 1970 yang mengatur tentang radio siaran non pemerintah.Periode awal
tahun 1960-an merupakan masa suram bagi pertelekomunikasian Indonesia, para
ahli teknologi masih menggeluti teknologi sederhana dan “kuno”. Misalnya saja,
PTT masih menggunakan sentral-sentral telepon yang manual, teknik radio High
Frequency ataupun saluran kawat terbuka (Open Were Lines). Pada masa itu,
banyak negara pemberi dana untuk Indonesia – termasuk pendana untuk
pengembangan telekomunikasi, menghentikan bantuannya. Hal itu karena semakin
memburuknya situasi dan kondisi ekonomi dan politi di Indonesia.
·
Tercatat bahwa pada masa 1960-1967, hanya Jerman saja yang masih bersikap
setia dan menaruh perhatian besar pada bidang telekomunikasi Indonesia, dan
menyediakan dana walau di masa-masa sulit sekalipun. Ketika itu pengembangan
telekomunikasi masih difokuskan pada pengadaan sentra telepon, baik untuk
komunikasi lokal maupun jarak jauh, dan jaringan kabel. Indonesia saat itu
belum memiliki satelit. Sentral telepon beserta perlengkapan hubungan jarak
jauh ini diperoleh dari Jerman. Pada saat itu, Indonesia hanya dapat membeli
produk yang sama, dari perusahaan yang sama, yakni Perusahaan Jerman. Tidak ada
pilihan lain bagi Indonesia.
·
Keleluasaan barulah bisa dirasakan setelah di tahun 1967/1968 mengalir
pinjaman-pinjaman ke Indonesia, baik bilateral ataupun pinjaman multilateral
dari Bank Dunia, melalui pinjaman yang disepakati IGGI. Akan tetapi, pada masa
inipun inovasi dalam pemfungsian teknologi telekomunikasi masih belum
berkembang dengan baik di negeri ini. Peda dasarnya kita memberi dan memakai
perlengkapan seperti switches, cables, carries yang sudah lazim kita pakai
sebelumnya.
·
Badan penyiaran televisi lahir tahun 1962 sebelum adanya satelit yang
semula hanya dimaksudkan sebagai perlengkapan bagi penyelenggara Asian Games IV
di Jakarta. Siaran percobaan pertama kali terjadi pada 17 Agustus 1962 yang
menyiarkan upacara peringatan kemerdekaan RI dari Istana Merdeka melalui
microwave. Dan pada tanggal 24 Agustus 1962, TVRI bisa menyiarkan upacara
pembukaan Asian Games, dan tanggal itu dinyatakan sebagai hari jadi TVRI.
·
Terdorong oleh inovasi, akhirnya pada tanggal 14 November 1962 untuk
pertama kalinya TVRI memberanikan diri melakukan siaran langsung dari studio
yang berukuran 9×11 meter dan tanpa akustik yang memadai. Acaranya terbatas,
hanya berupa permainan piano tunggal oleh B.J. Supriadi dengan pengaruh acara
Alex Leo.
·
Lebih setahun setelah siaran pertama, barulah keberadaan TVRI dijelaskan
dengan pembentukan Yayasan TVRI melalui Keppres No. 215/1963 tertanggal 20
oktober 1963. Antara lain disebutkan bahwa TVRI menjadi alat hubungan
masyarakat (mass communication media) dalam pembangunan mental/spiritual dan
fisik daripada Bangsa dan Negara Indonesia serta pembentukan manusia sosialis
Indonesia pada khususnya. Sampai tahun 1989, TVRI merupakan operator tunggal di
bidang penyiaran televise. Jadi sebelum satelit palapa mengorbit, Indonesia
hanya mengenal telekomunikasi yang bersifat terestrial, yakni yang jangkauannya
masih dibatasi oleh lautan. Telekomunikasi seperti ini tidak bisa menjangkau
pulau-pulau kecuali melalui penggunaan SKKL (Saluran Komunikasi Kabel Laut)
yang mahal dan sulit dipergunakan.
·
Gagasan tentang peluncuran satelit bagi telekomunikasi domestik di
Indonesia bisa ditelusuri asal muasalnya dari sebuah konferensi di Janewa tahun
1971 yang disebut WARCST (World Administrative Radio Confrence on Space
Telecomunication).
·
Pada konferensi itu di tampilkan pila pameran dari perusahaan raksasa
pesawat terbang Hughes. Perusahaan inilah yang mengusulkan ide pemanfaatan
satelit bagi kepentingan domestik Indonesia. Hal tersebut disambut oleh
Suhardjono yang berlatar belakang militer dan membawa masalah satelit itu
sampai ke Presiden RI. Selain pertimbangan kelayakan ekonomi dan teknis,
sejarah peluncuran satelit ini juga diwarnai oleh kepentingan politik dimana
hubungan antara Indonesia dengan negara- negara lain sudah mulai bersahabat. Di
sisi lain, satelit memungkinkan penyebaran luas ideologi negara ke masyarakat
luas melalui TV, satelit juga menguntungkan secara ekonomi.
·
Komunikasi tentang cara-cara menggali sumber daya alam dapat berlangsung
dengan mudah. Ini berlaku untuk kasus tembaga pura (Freeport) dan di Dili.
Peluncuran satelit Palapa di Cape Canaveral, Florida, bulan Agustus 1976 pada
panel peluncuran terdapat 3 orang Indonesia dan perwakilan dari perusahaan NASA
dan Hughes.
·
Kejadian ini diresmikan juga melalui pidato kenegaraan oleh presiden
Soeharto di Jakarta, tanggal 16 Agustus 1976. ini merupakan satu- satunya
proyek teknologi yang mendapat tempat terhormat di gedung Parlemen. Namun
peluncuran satelit itu merupakan kebijakan nasional yang gagasan awalnya
dicetuskan oleh pemerintah. Hal ini didasarkan pada pertimbangan bahwa
Indonesia pernah mengalami ancaman perpecahan. Untuk mempersatukan tanah air
yang sangat luas ini diperlukan sarana perhubungan yang mencakup seluruh
wilayah nusantara. Proses kelahiran satelit ini hanya melibatkan sedikit teknokrat
dan teknolog yang berpihak pada kepentingan Orba.