28/11/11

Tradisi Tawur Dhukutan untuk Membersihkan Desa

Tawuran tidak selamanya bermakna negative, seperti halnya tradisi yang dilakukan oleh masyarakat Nglurah Tawangmangu, Karanganyar, Jawa Tengah. Kekerasan bagi masyarakat Nglurah merupakan media silaturahmi dan sarana mempererat kerukunan masyarakat desa tersebut. Bahkan kekerasan tersebut harus dilaksanakan setiap 8 bulan sekali atau setiap pitung lapan dalam penanggalan jawa.

Prosesi tawuran ini diawali dengan Arak-arakan warga dari dua dusun, yaitu Nglurah Lor dan Nglurah Kidul yang membawa sesaji menuju makam pepunden yang dikenal sebagai Situs Menggung. Sesaji berupa makanan pokok seperti nasi, lauk pauk dan sayuran dan juga makanan ringan lain seperti kue-kue dan kerupuk.

Setelah doa bersama, sesepuh desa membagikan sesaji berupa air suci dan jajan pasar kepada warga, selanjutnya sejumlah warga mengelilingi makam sambil melemparkan sesaji ke puluhan warga yang lain.

ritual kemudian dilanjutkan dengan arak-arakan puluhan warga dari Dusun Nglurah Lor dan Nglurah Kidul menuju pepunden di Dusun Nglurah Lor. Sesampainya di makam, puluhan warga dari dua dusun yang berbeda ini kemudian tawuran. Warga dibiarkan saling Beradu dan bahkan diperbolehkan menggunakan kayu, batang pohon pisang dan tanah yang keras. Meski tubuh dan kepala lebam serta bengkak terkena lemparan, namun warga tidak boleh marah dan menyimpan dendam dan langsung pulang ke rumah masing-masing.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar